October 2018



Selama ini banyak diantara warga sekolah yang menerima informasi yang simpang siur tentang konsep sekolah hijau itu. Ada pendapat bahwa sekolah hijau itu hanya tanggung jawab kepala sekolah dan guru, atau peserta didik saja yang bertugas membuat sekolah jadi hijau, atau hanya pekerjaan tukang kebun sekolah yang sering membuat taman hijau.

Bahkan program dan implementasinya hanya melibatkan sebagian warga sekolah saja (tidak menyeluruh). Padahal jika semua warga sekolah mempunyai konsep berpikir (mindset) dan pengetahuan yang sama tentang apa sekolah hijau itu?, maka akan memudahkan pihak sekolah dalam menyusun program dan implementasi sekolah hijau itu.



Sikap hijau (green affective) berhubungan dengan sikap dan cara pandang semua warga sekolah terhadap alam dan lingkungan. Pemahaman terhadap alam dan lingkungan bukan hanya tahu dan paham secara pengetahuan, tetapi harus diarahkan pada perenungan tentang hakikat dan peranan manusia di permukaan bumi. Jika input pengetahuan dan proses perenungannya berlangsung dengan baik, maka upaya pelestarian alam dan lingkungan bukan karena terpaksa, tetapi atas dorongan, kesadaran sikap dan tanggung jawab pribadi yang disertai dengan niat dan semangat yang tinggi.


Keterampilan hijau (green psychomotor) berkaitan erat dengan kegiatan nyata dari semua warga sekolah dalam penerapan sekolah hijau. Adapun beberapa kegiatan yang bisa dilaksanakan, yaitu pertama, kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (pencinta alam, kader hijau, jum’at bersih, lomba kebersihan kelas), kedua, kegiatan aksi lingkungan yang diprakarsai sekolah dan melibatkan masyarakat (penanaman pohon, pengelolaan sampah, kampanye lingkungan), ketiga, keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar (gerakan penanaman sejuta pohon yang dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat), keempat, pemanfaatan sarana pendukung sekolah untuk media pembelajaran lingkungan hidup (pengelolaan sampah/komposting, TOGA, green house, papan nama ilmiah dan nama daerah/lokal suatu tanaman),

Sumber : http://syaifulrohman.gurusiana.id/article/membangun-sekolah-hijau-green-school-519470





AMUNTAI, green school adalah sekolah hijau. Namun dalam makna luas, diartikan sebagai sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk mengintemali-sasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah. Karenanya, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan (Sugeng Paryadi, 2O08).




Melihat kondisi lingkungan sekitar saat ini, konsep sekolah hijau sangat penting untuk diimplementasikan secara lebih luas. Berbagai bencana alam yang terjadi seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya, sebagian besar diakibatkan oleh perbuatan manusia yang merusak ekosistem lingkungan. Selain berserah diri pada-Nya, tentu saja perlu dilakukan upaya penyadaran agar manusia makin ramah pada lingkungan.

Di sinilah, konsep sekolah hijau dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan strategis. Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, lingkungan sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan demikian, kedua aspek tadi, menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengutip pendapat Sugeng Paryadi, penyusunan program sekolah hijau ini dilakukan secara holistik dengan mengaitkan seluruh program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat.

Sumber : http://nedutaslingkungan.blogspot.com/p/konsep-green-school.html

AMUNTAI - SMPN 2 Amuntai ditunjuk langsung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai sekolah rujukan tingkat SMP di Hulu Sungai Utara. SMPN 2 yang ada di wilayah Amuntai Tengah ini menjadi sekolah rujukan karena berbagai prestasi yang ditorehkan, baik dari sisi akademis maupun nonakademis.

Sekolah kami langsung serta merta menjadi sekolah rujukan, tanpa proses yang diawali dengan sekolah model terlebih dahulu,

Kepala sekolah menuturkan pihaknya selama dua hari mengikuti bimbingan teknis (Bimtek ) pembinaan SMP sekolah rujukan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama di Hotel Singgasana Surabaya sejak Senin (30/7/2018) sampai Rabu (01/8/2018).

pada kesempatan ini kepala Dinas Pendidikan Hulu Sungai Utara membuka sosialisasi SPMI kepada seluruh pemangku kepentingan di sekolah rujukan






Siswa-siswi SMP  mengumpulkan bantuan untuk korban Bencana Palu. Pengurus Osis di sekolah berkeliling ke tiap rombel sekolah untuk memintakan bantuan atas bencana yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah.Sebagaimana diketahui, Kabupaten Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah hingga kini masih menjadi kota mati usai diguncang gempa 7,4 SR, Jumat (28/9) lalu. Tak hanya ratusan jiwa melayang, tercatat ratusan bangunan serta fasilitas umum luluhlantak hingga nyaris rata dengan tanah.

Hingga Minggu, 30 September kemarin, sebanyak 832 korban tewas telah ditemukan dan teridentifikasi. Dan di hari itu juga, warga yang meninggal dunia dikuburkan secara massal. 

Author Name

{https://4.bp.blogspot.com/-ZhFvGBpaJvk/WEKPsmqwgSI/AAAAAAAAAuU/F9LdUgwR_SwHwJT1LrGFn8IIDcrjshD0QCLcB/s1600/smp.png} {facebook#http://facebook.com}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.